KORANJURI. COM – Situs kuna yang di perkirakan di bangun era peradaban Majapahit kembali di temukan di dua desa yang berbatasan antara Desa Kismoyo dan Giriroto, Ngemplak Sawahan Boyolali. Situs yang terletak di ladang persawahan milik seorang warga bernama Sumarno, di ketahui pertama kali setelah pemilik tanah melakukan penggalian untuk pembangunan pondasi kavling tanah.
Beberapa situs yang di temukan melalui penggalian di antaranya situs watu kebo, situs watu wayang dan beberapa bangunan kuna yang di duga sebuah bangunan kolam patirtan dan candi Hindu.
Keberadaan situs yang letaknya tidak jauh dari rumah kakek Presiden Jokowi ini, sebenarnya pertama kali di ketahui oleh para relawan Projo ( Pro Jokowi ) sudah sejak lama, tetapi belum keseluruhan di temukan. Oleh ketua Projo Surakarta, Tega Widati bersama dengan seluruh warga dan pemilik lahan, beberapa penemuan batu kuna yang di duga situs peradaban Majapahit kemudian di gali dan beberapa diantaranya sudah terlihat wujudnya.
‘Benda yang di duga memiliki nilai sejarah peradaban Majapahit ini, berada dalam satu lokasi seluas kurang lebih 10ribu meter persegi.’ Terang Tega Widati, Ketua Projo Soloraya.

Di dampingi dengan Sumarno sang pemilik lahan Widati mengungkapkan, saat ini keberadaan benda benda bersejarah tersebut sudah di laporkan oleh pihak BP3 Prambanan dan akan di tindak lanjuti kemudian di teliti lebih jauh lagi, untuk memperkirakaan secara jelas keberadaan benda benda bersejarah tersebut.
‘ Situs ini sebenarnya sudah di ketahui sejak lama, tetapi belum di ungkap ke publik.’ Kata Widati
Tetapi, tambah keterangan Widati, hanya situs watu tumpang yang baru di ketahui. Situs watu tumpang berbentuk batu lingga yang berada di sebuah punthuk ( tanah gundukan ) di tengah tanah persawahan. Menilik dari banyaknya batu bata merah kuna yang berserakan di bawah batu lingga, di perkirakan gundukan tanah tersebut bisa saja berupa candi pemujaan Hindu Majapahit, namun untuk memastikanya tetap harus menunggu pihak dari dinas terkait

Tak jauh dari tempat keberadaan situs batu tumpeng masih berada dalam satu lokasi, Sumarno menemukan bangunan yang terbuat dari batu bata merah di tengah persawahan. Pada saat bangunan tersebut di gali oleh warga dan para pegawainya, terlihat semacam tangga berundak batu bata merah dengan ukuran sekitar 40cmx20cm, ketebalan kurang lebih sekitar 10cm. Batu bata ini sama persis dengan batu bata merah yang ada candi candi di Trowulan Mojokerta.
Di temukanya situs Watu Tumpang, Watu kebo, Watu Wayang, kolam patirtan, sumber mata air dan beberapa bangunan kuna yang di perkirakan candi persembahyangan Hindu di Desa Giriroto dan Kismoyo, bisa di mungkinkan di tempat ini dulu pernah berdiri sebuah peradaban di era kejayaan Majapahit, jika melihat dari adanya batu lingga yang mencerminkan pemujaan masyarakat Hindu Majapahit.

Namun yang sangat memprihatinkan, batu Lingga berukuran satu meter persegi tersebut, kondisinya pecah menjadi beberapa bagian karena rusak.
Oleh Projo soloraya bersama dengan warga sekitar, pada hari Selasa malam 8 Maret 2016, di gelar kenduri dan selamatan sebagai bentuk ucapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas di temukanya benda bersejarah yang memiliki nilai tinggi di Desa Giriroto dan Kismoyo. Pungkas Widati / Jk