KORANJURI.COM- Beberapa pekan terakhir ini warga Desa Tegal Ampel , Karangdowo Klaten resah, pasalnya di desa mereka di temukan sarang ular piton yang letaknya tak jauh dari pemukiman warga
‘ Sarang ular tersebut pertama kali di ketahui oleh warga yang tengah nongkrong di atas jembatan’ Kata Surono, salah satu warga Desa Tegal Ampel yang turut bersama warga lain berhasil menangkap ular dari sarangnya.
Di katakan oleh Surono, saat awal mengetahui ada ular jenis piton berkeliaran di sungai , warga hanya memantau dan mengiikuti dari kejauhan dimana lokasi sarang ular tersebut. Alasanya, karena tidak mungkin ular piton yang berkeliaran di sungai akan di tangkap. Untuk itu warga hanya mengikuti dari kejauhan kemana perginya ular dan kembali kedalam sarang.
Selama beberapa kali warga mengikuti ular piton tersebut kembali kedalam sarangnya. Sampai akhirnya warga memutuskan, menangkap ular itu di dalam sarang. Namun sebelum operasi penangkapan di lakukan, lebih dulu warga membentuk tim perburuan yang terdiri dari pawang ular dan warga desaa.
‘ Sarang ular yang berada di pinggir sungai akhirnya di gali oleh warga dan berhasil ditangkap dua ekor ular piton dengan panjang lima meter dan tiga meter’ Kata Surono.
Namun meski sudah dua ekor ular di tangkap oleh warga, tetapi Surono memastikan masih ada ular yang lebih besar berada di dalam sarang . Selama ini warga mengakui, banyak ternak milik warga yang sering hilang jika berada di lokasi yang tak jauh dari sarang ular. Oleh karena itu warga merasa yakin, jika di dalam sarang tersebut masih banyak ular piton.
‘Warga mengkawatirkan jika ular ular tersebut tidak segera di tangkap, sewaktu waktu binatang melata itu bisa saja memangsa ternak milik warga. ‘ Kata Surono menambahkan.
Pihak aparat desa yang mengetahui adanya sarang ular di Desa Tegal Ampel justru beranggapan, penduduk desa hanya ingin membuat sensasi saja, namun peryataan ini dengan tegas di bantah oleh warga.
‘Justru penduduk kecewa dengan pihak pemerintah Kecamatan setempat yang ingin membantu menyediakan alat berat beko untuk penggalian sarang, namun biaya sewa di bebankan kepada penduduk desa’ Pungkas Surono mengungkapkan kekecewaan warga desa/dn