KORANJURI.COM- Fenomena gerhana matahari yang datang setiap 375tahun sekali sebenarnya patut kita syukuri sebagai wujud kebesaran Tuhan Yang Maha Esa kepada alam semesta. Menilik seperti kejadian di masa silam, fenomena gerhana matahari di tafsir dalam berbagai mitos yang dikaitkan dengan kehidupan umat manusia. Di dalam masyarakat jawa sendiri, fenomena gerhana matahari di imajinasikan sebagai perbuatan sang Betara Kala atau Dewa Waktu yang hendak mencaplok matahari.
Di dalam konsep masyarakat jawa, fenomena gerhana matahari dimaknai sebagai sebuah keselarasan antara manusia dengan alam, manusia dengan Sang Maha Pencipta. Untuk itu jelang datangnya gerhana matahari, masyarakat jawa biasanya menggelar berbagai macam upacara budaya, salah satu diantaranya adalah Kala Hayu perkawinan Jagad Raya. Sebuah prosesi upacara ritual dan sesaji budaya yang melibatkan seluruh unsur eleman masyarakat dalam rangka menjaga keselarasan alam semesta.
Menurut penuturan Mpu Basuki Teguh Yuwono, prosesi upacara budaya sebagai ungkapan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus kepada alam semesta yang telah memberi berkah kehidupan kepada seluruh umat manusia.
Di sebut dengan ‘upacara perkawinan kala hayu alam raya’ di jelaskan oleh Mpu Basuki, pertemuan satu garis antara matahari, bulan dan bumi yang membuat cahaya matahari terhalang oleh bulan patut kita syukuri dengan menyambut suka cita. Peristiwa langka ini hendaknnya menjadi sebuah optimisme bagi kita semua, dengan penuh harapan baik bagi kehidupan umat manusia.
‘ Kalahayu adalah momentum yang ayu dan indah ‘ Kata Mpu Basuki menandaskan
Untuk itu Mpu Basuki menambahkan, upacara budaya Kala Hayu merupakan ekspresi masyarakat dari beragam latar belakang yang hakikatnya untuk merayakan suatu fenomena alam semesta, sebagai bukti kebesaran Sang Maha Pencipta.
Upacara budaya yang memadukan keragaman unsur Jawa, Hindu dan Islam sebagai wujud kebersamaan masyarakat kota Solo dalam rangka melestarikan budaya dan kebersamaan antar warga masyaraka di Kota Solo. Berbagai prosesi ritual budaya di gelar dalam upacara ritual sesaji budaya, diantaranya ritual kala hayu surya sembah, ritual pembuatan keris singkir plastik, pegelaran tari ritual ‘kebo awu bumi sembah dan tari ritual ‘anjang anjang banyu rajah kalahayu’.
Kemegahan prosesi ritual budaya kekawin kalahayu juga di wujudkan dengan cara menggelar sesaji gunungan hasil bumi yang terdiri dari pala pendem, palawija dan pala sampar. Pada prosesi doa keselamatan , ketiga orang tokoh pemuka agama dan adat di Kota Solo secara bergantian memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. .
‘ Selain doa keselamatan, ungkapan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan lantunan tembang tolak bala menjadi sebuah ungkapan keinginan warga masyarakat kota Solo, agar Kota Solo di jauhkan dari segala bencana dan marabahaya’ Pungkas Mpu Basuki / jk