KORANJURI.COM- Mungkin inilah satu satunya orang tertua di dunia yang saat ini masih di beri kesempatan menghirup udara segar.
Adalah Sodimejo, warga Sragen yang lahir tahun 1870 asal Segeran, Desa Cemeng ini di klaim sebagai orang tertua di dunia. Meski kondisinya tak lagi sekuat setahun yang lalu, tetapi secara umum kondisi kesehatan mbah Nggoto, kerap simbah ini di panggil oleh warga, dalam keadaan sehat.
Kebiasaan setiap pagi, mbah Nggoto memiliki kegemaran mencabuti rumput yang ada di halaman rumah cucunya, namun sejak penglihatan dan pendengaranya mulai menurun, mbah Nggoto sekarang tak lagi melakukan aktifitasnya.
Namun kendati demikian, mbah Nggoto tetap masih bisa bercerita panjang lebar perjalanan hidup yang pernah ia jalani semasa masih muda.
Perjalanan hidupnya, pernah di jalanai selama puluhan tahun di perantauan. Sampai akhirnya ia kembali lagi ke kampung halamanya di Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen.
Kulit keriput yang membalut tubuh mbah Nggoto tak lagi bisa menyembunyikan kerentaan usianya yang 146tahun.
‘Namun meski di usianya yang mendekati satu setengah abad, mbah Nggoto tetap masih suka minum es, sekaligus masih kuat makan daging.’ Kata Suryanto, cucu mbah Nggoto yang sekarang merawatnya
Di ceritakan oleh Suryanto, dia adalah cucu mbah Nggoto dari istri ke empatnya yang bernama Rayem.
Dari perkawinan mbah Nggoto dengan Rayem, ia di karuniai beberapa orang anak, 17 orang cucu , 12orang buyut dan 3 orang canggah.
Semasa masih hidup mbah Nggoto tinggal tak jauh dari rumah cucunya, namun sejak rumah yang ia tempati tak lagi bisa di pakai, karena kondisinya miring dan hampir roboh, mbah Nggoto kemudian di rawat oleh Suryanto.
Selama merawat mbah Ngoto Suryanto mengakui, mbah Nggoto tidak pernah rewel dan sakit.
‘Orangnya gampang, kalau sakit hanya minta jamu daun pepaya tidak pernah ke dokter ’ Kata Suryanto
Sebelum mbah Nggoto dirawat oleh cucunya, Suryanto pernah di minta oleh pihak Pemerintah Kabupaten Sragen membuat pengajuan proposal pembangunan rumah bagi mbah Nggoto, tetapi sampai sekarang proposal tersebut tak pernah terealisasi.
Padahal menurut cucu mbah Nggoto, pengajuan proposal sebenarnya tidak hanya sekali itu saja, sebelumnya ia juga pernah mengajukan proposal pembangunan rumah layak huni untuk mbah Nggoto, tetapi sama sekali juga tidak ada respon dari Pemerintah Kabupaten Sragen.
Keinginan mbah Nggoto sebenarnya hanya satu, ia ingin mati, tetapi semua itu adalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keinginan mati seringkali terbersit, saat ia mengetahui anak keturunya ada yang meninggal dunia.
Tak terkecuali pada saat anak mbah Nggoto yang bernama Sukirah, orang tuanya Suryanto yang meninggal pada tahun 90an.
Saat itu mbah Nggoto minta di buatkan peti mati dan nisan kubur, tetapi sampai puluhan tahun keinginan mbah Nggoto untuk bernisan belum juga di kehendaki oleh Tuhan.
Beberapa kali isu terdengar mbah Nggoto telah ajal, tetapi nyatanya, sampai sekarang kakek yang mengalami hidup dalam tiga jaman, kerajaan, kemerdekaan dan milenium tersebut masih sehat wal afiat.
‘ Bahkan papan kayu yang sedianya akan di pakai untuk membuat peti mati, sekarang lapuk di makan rayap’ Kenang Suryanto sembari menunjukan papan kayu yang di makan rayap .
Saat di tanya rahasia ia awet menjalani kehidupan, mbah Nggoto berucap, jika umur yang ia miliki terlanjur dibawa mati oleh orang tuanya, itulah sebabnya sampai sekarang ia belum juga di panggil oleh Sang Maha Pencipta.
Tak tahu apa makna dari kalimat pria tertua sedunia tersebut pada saat ia mengucapkanya, tetapi satu hal yang pernah ia katakan, jika garis dan takdir manusia itu sudah di tulis oleh Sang Maha Kuasa. Tutur Mbah Nggoto saat itu/ Jk