KORANJURI.COM- Kandasnya Peninjauan Kembali ( PK ) yang diajukan Pemerintah kota Solo dalam kasus sengketa lahan Sriwedari dengan keluarga Wiryodiningat selaku ahli waris Sriwedari, tak urung membuat warga yang tergabung dalam wadah FOKSRI ( Forum Komunikasi Pedagang Sriwedari ) resah. Pasalnya warga mencemaskan keberlangsungan nasib mereka ke depan, jika Sriwedari di alih fungsikan dari fungsi aslinya sebagai heritage.
‘ Meski salinan putusan PK belum di terima Pemkot Solo, namun para pedagang di Sriwedari sudah mendengar di tolaknya pengajuan PK yang di ajukan oleh Pemkot Solo’ Kata Kusuma Putra, selaku pembina para pedagang ( FOKSRI ).
Kusuma berharap, Presiden turun tangan menyelesaikan persoalan sengketa lahan Sriwedari yang berlarut larut tak pernah kunjung usai. Kekawatiran para pedagang bukan tanpa alasan, jika Sriwedari jatuh kepada pihak ketiga dan di alih fungsikan menjadi hotel atau mall, yang rugi tidak hanya para pedagang di Sriwedari, tetapi seluruh elemen pemerhati budaya dan warga masyarakat kota Solo akan kehilangan ruang publik pengembangan seni budaya dan pariwisata di Kota Solo.
‘ Diharapkan Sriwedari tetap bisa di pertahankan sebagai ruang publik seni dan budaya , sebagai pengembangan pariwisata seni dan budaya di kota Solo bagaimanapun caranya’ Harap Kusuma
Kusuma mengakui, sebenarnya para pedagang Sriwedari tidak mempersoalkan siapapun pemiliknya, asalkan warga di beri kejelasan soal nasib mereka, karena lebih dari 5000 orang menggantungkan hidup di Sriwedari. Tetapi diakui oleh Kusuma, mempertahankan Sriwedari sebagai heritage adalah hal yang terbaik bagi keberlangsungan kelestarian seni budaya di kota Solo.
Sriwedari memiliki luas lahan lebih dari sepuluh hektar. Taman kota yang di kenal sebagai ‘bon rojo’ ( kebun raja ) tersebut merupakan salah satu heritage yang ada di Kota Solo. Di dalam Taman Sriwedari terdapat kolam segaran dan punthuk taman kapujanggan, yang dulu pernah di pakai sebagai tempat untuk pengembangan musik kroncong para difabel di era tahun 80an. Namun seiring dengan perkembangan jaman, kolam segaran tersebut sekarang di alih fungsikan untuk rumah makan.
Di lahan seluas lebih dari sepuluh hektar tersebut, terdapat bangunan Museum Radya Pustaka, satu satunya museum tertua di Indonesia. Stadion R. Maladi yang pernah di pakai untuk perayaan Pekan Olah raga Nasional pertama di Kota Solo. Gedung pertunjukan Wayang Orang Sriwedari, yang di pertontonkan secara reguler setiap hari dengan harga tiket hanya tiga ribu rupiah.
‘Bagi jasa industri perhotelan, Wayang Orang Sriwedari adalah kemasan paket pariwisata yang mampu menarik para wisatawan berkunjung ke Kota Solo’. Terang Kusuma
Joglo Sriwedari, Gedung Kesenian Sriwedari dan Taman Hiburan Rakyat Sriwedari adalah ruang pengembangan seni dan hiburan yang ada di dalam Sriwedari. Oleh karena itu kekhwatiran tersebut tidak hanya bagi warga yang menggantungkan hidup di Sriwedari, tetapi juga seluruh warga masyarakat Solo yang menjadikan Sriwedari sebagai spot ruang publik pengembangan seni dan budaya, sekaligus branding wisata budaya di Kota Solo.Pungkas Kusuma/ jk