Dengan Kaki Trimah Lahirkan Karya Batik Tulis Samparan,

KORANJURI.COM- Dengan segala keterbatasan yang ia miliki tetapi tidak membuat Trimah menyurutkan niatnya membatik dengan menggunakan kaki.

Terlahir dalam kondisi disabilitas tanpa memiliki kedua tangan, wanita kelahiran Magelang yang sekarang menetap di daerah Banyuanyar, Solo ini,  meneguhkan tekadnya belajar membatik di Yakum Jogjakarta. Sebuah  pusat  rehabilitasi bagi orang orang penyandang disabilitas.

Selama beberapa tahun Trimah di beri pendampingan  guru yang mengajarkan cara membatik tradisional. Setelah lulus dari Yakkum, Trimah mencoba berkarya dengan melahirkan batik tulis yang di coret dengan kaki.

‘ Karya karyanya di brand dengan nama Batik Samparan ‘ Kata Iswahyudi, orang tua angkat Trimah yang tak lain adalah pamanya sendiri.

Oleh orang tuanya angkat Trimah di motivasi dan di bina agar bisa hidup mandiri.

‘ Untuk belajar membatik tidak gampang, butuh proses dan kesabaran ‘ Kata Iswahyudi mengungkapkan

Dalam satu minggu lanjut Iswahyudi, Trimah hanya mampu melahirkan satu buah karya batik tulis.

Keistimewaannya,  batik samparan tersebut tidak melalui proses nge blat ( sketsa ). Motif batik lahir dari imaginasinya sendiri.

Oleh karena itu, karya batik miliknya tidak ada yang sama. Antara satu dengan yang lain berbeda beda.

‘ Dari mulai awal membatik sampai dengan proses  pewarnaan, semua di lakukan sendiri ‘ Kata  Trimah.

Puluhan karya batik tulis lanjut Trimah, sudah dia hasilkan. Satu lembar kain batik tulis di bandrol dengan harga kisaran 350rb rupiah.

Beberapa karya batik tulis miliknya sudah ada yang berada di Jerman,

Melalui batik tulis Trimah ingin, karyanya bisa di pamerkan dalam ajang pameran tunggal batik samparan.

Untuk memotivasi para penyandang disabilitas jika mereka juga mampu berkarya, meski dengan segala kekurangan yang ada./ Jk

 

Please follow and like us:
0
Spread the love
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

soloraya koranjuri

FREE
VIEW