HI: Ketenaran Lagu Lingsir Wengi Tenggelam Bersama Kesedihan Pengarangnya

KORANJURI.COM – Kepedulian Pemerintah terhadap Hak Kekayaan Intelektual ( HAKI ) untuk masyarakat saat ini di rasa masih sangat minim, khususnya di dalam industri permusikan tanah air.

Terbukti sampai saat ini UU permusikan masih dalam perdebatan dengan DPR, dikarenakan adanya beberapa pasal di dalam UU Permusikan yang di anggap mengebiri kreatifitas para musisi.

Meski secara umum para musisi dan seniman musik sepakat lahirnya UU Permusikan yang dinilai sebagai langkah maju melindungi karya cipta musisi dari para pembajak.

Namun wujud nyata tampaknya masih jauh panggang dari api

Terbukti sampai saat ini, Sukapjiman, pengarang lagu lingsir wengi yang kondang di blantika musik era tahun 95nan harus rela karya ciptanya di nyanyikan para penyanyi di dapur rekaman tanpa royalti yang jelas.

Hal itu terungkap saat pengacara kondang Henry Indraguna bertandang di kediamanya di daerah Pucangan, Kartasura.

Di dalam kamar sempit, di atas dipan kayu beralaskan kasur lusuh, pengarang lagu lingsir wengi yang pernah memperoleh penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, sebagai pencipta lagu dengan judul ‘ Tri Warsa Leladi Jawa Tengah ‘ menceritakan, bagaimana dia mulai mengarang lagu lingsir wengi.

Masih ingat dalam ingatan Sukapjiman, pertengahan tahun 95nan saat tengah malam atau lingsir wengi, Sukapjiman mengungkapkan keresahan hatinya yang saat itu tergoda wanita idaman lain.

” Dari perasaan hati kemudian lahirlah lagu lingsir wengi yang tenar di blantika musik tanah air’ Jelas mbah Sukapjiman menceritakan.

Namun ketenaran lagu lingsir wengi, tak membuat kehidupan Sukapjiman menjadi labih baik, justru karya ciptanya yang sudah banyak di nyanyikan para penyanyi dalam berbagai genre, tanpa pernah dia memperoleh keuntungan hak cipta.

Di ceritakan, saat awal lagu lingsir wengi tengah tenar, Sukapjiman pernah mengajukan Hak kekayaan intelektual di Jakarta.,

Hanya saja karena terkendala satu persyaratan yang harus dia lengkapi, pengajuan HAKI Sukapjiman akhirnya kandas di tengah jalan.

Nasib pengarang lagu lingsir wengi  harus rela karyanya di nyanyikan tanpa royalti.

Sampai kemudian Sukadjiman jatuh sakit dan.harus menjalani operasi sebanyak tiga kali.

Hidup dalam kesusahan, setiap hari Sukapjiman harus menggantungkan hidup dari belas kasih anak perempuanya yang berprofesi sebagai pengamen jalanan.

Ketenaran lagu lingsir seakan tenggelam bersama kesedihan Sukapjiman.

Kondisi seperti itu membuat pengacara Henry Indraguna merasa prihatin dan ingin membantu mbah Sukapjiman merampungkan kepemilikan hak kekayaan intelekfual lagu lingsir wengi yang kandas di tengah jalan.

Henry katakan, pemerintah daerah seharusnyal peduli dengan nasib para musisi.

Sungguh ironis imbuh Henry, musisi yang sudah melahirkan banyak lagu papan atas, di masa tuanya tidak memperoleh perhatian dari Pemerintah.

Oleh sebab.itu, Henry akan membantu mbah Sukapjiman memperoleh HAKI lagu lingsir wengi sebagai wujud kepedulianya kepada para seniman musik.

‘Tak hanya mbah Sukapjiman yang hidup kekurangan dalam kemiskinan, masih banyak seniman dan musisi lain yang juga bernasib sama seperti mbah Sukapjiman,’ Imbuhnya

Henry menyesalkan kurang tanggapnya Pemerintah daerah terhadap nasib yang di alami warganya.

Keterangan foto: Henry Indraguna saat berkunjung di rumah wijiati, janda kurang mampu yang menghidupi kelima orang anaknya. Inn

Berbeda, masih di Kecamatan yang sama Henry juga melakukan bhakti sosial membantu seorang janda kurang mampu beranak lima yang di tinggal mati suaminya dua tahun silam/jk

Please follow and like us:
0
Spread the love
  • 15
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
soloraya koranjuri

FREE
VIEW