KORANJURICOM- Air terjun Watu Jadah di Desa Giri Mulyo Kabupaten Wonogiri, selain memiliki pesona alam yang sangat indah, oleh masyarakat juga dikeramatkan.
Hal itu terkait dengan keberadaan air terjun yang konon di pakai sebagai tempat bertapa seorang waliyullah. Bahkan keberadaan sang pertapa, hingga kini di yakini masih berada di Watu Jadah, namun sosoknya berubah wujud menjadi sosok ghaib yang tak kasad mata.
Hanya orang orang tertentu yang memiliki mata bathin yang mampu melihat wujud sang pertapa di Watu Jadah.
Air terjun watu jadah di buka pada tahun 2012 silam. Sebelumnya keberadaan air terjun tersebut jauh di dalam hutan belantara, di sebuah lembah pegunungan.
Akses jalan ke air terjun saat itu, hanya di ketahui oleh para perambah hutan.
Tetapi di awal tahun 2012, warga desa bergotong royong membuat akses jalan menuju ke air terjun Watu Jadah.
Tetapi pembangunan akses jalan tidak semudah yang di perkirakan oleh warga.
Kemiringan tebing empat puluh lima derajat yang di pangkas untuk jalan, membuat warga harus bekerja ekstra keras membuat jalan selama berbulan bulan. Sampai akhirnya proses pengerjaan jalan berhasil di rampungkan, tetapi tidak sepenuhnya bisa mencapai ke aiir terjun watu jadah..
Akses jalan terhenti sekitarv300meter dari air terjun, di karenakan sulitnya medan curam di sekitar air terjun watu jadah.
Untuk mencapai air terjun , wisatawan harus menyusuri sungai di sepanjang aliran sunggai ke watu jadah. Di sarankan berhati hati pada saat melintasinya, selain licin, cuaca yang setiap waktu berubah harus di waspadai oleh wisatawan.
Di berlakukan pelarangan oleh warga desa untuk para wisatawan agar tidak berkunjung pada saat hujan dan malam hari. Larangan ini dberlakukan, karena pernah terjadi peristiwa salah seorang pengunjung jatuh ke jurang, akibat mengabaikan larangan melintas pada saat hujan.
Menurut Marjo, salah satu penduduk desa yang bertugas sebagai penjaga akses jalan ke Watu Jadah, air terjun watu jadah kurang lebih setinggi 30 meter.
Memiliki tebing bebatuan andesit yang berbentuk lapisan lapisan. Oleh karena bentuknya yang seperti jadah, maka warga sekitar menyebutnya dengan nama Watu Jadah.
Batuan Andesit yang berlapis lapis dan tertata rapi secara alami, memiliki ukuran ketebalan berkisar 10 centimeter’ Kata Marjo.
Di tambahkan Marjo , alur aliran air sungai dari watu dari Watu Jadah, dipercaya oleh warga, terbentuk dari selendang waliyulah yang terseret pada saat mencari sumber mata air. Waliyullah yang sekarang di jadikan punden oleh penduduk desa, di kenal dengan sebutan Mbah Jenggot. Sebutan ini dikarenakan jenggot panjang sebatas pinggang, yang melekat di dalam diri waliyullah tersebut. ( Jk )