Wanasadi, Keangkeran Hutan Persemayaman Jin Gadung Melati

KORANJURI.COM-Runtuhnya kejayaan Majapahit pada tahun 1478 M oleh Demak yang di tandai tahun sengkalan “Sirna Ilang Kertaning Bumi’, akhirnya mencerai beraikan seluruh keluarga kerajaan Majapahit.

Pengungsian besar besaran tidak hanya di lakukan oleh keluarga kerajaan, tetapi kerabat kerajaan, para punggawa, abdi dalem dan para rsi juga turut mengungsi.

Serangan yang di lakukan Demak tidak hanya meluluh lantakan kerajaan Majapahit, tetapi juga merubah sejarah peradaban nusantara.

Salah satu peninggalan yang masih tersisa saat itu hanyalah pintu gerbang keputren kerajaan Majapahit yang di ambil oleh putra Sunan Muria dan di bawa ke Pati sebagai bukti pengakuan anak dari Sunan Muria.

Pelarian orang orang Majapahit dari kejaran bala tentara Demak terbagi dalam beberapa kelompok, yang kemudian di kenal dengan istilah ‘ Bubaran Majapahit’.

Pembentukan kelompok orang orang Majapahit di lakukan atas perintah Prabu Brawijaya V dari whisik ghaib untuk menyelamatkan orang orang Majapahit di masa yang akan datang.

Rute pelarian orang orang Majapahit tersebut menjadi misteri, karena sampai sekarang tak pernah di ketahui di daerah mana mereka akhirnya bertempat tinggal. Hanya saja lewat beberapa bukti petilasan yang ada akhirnya terungkap, jika.sejarah ” Bubaran Majapahit’ pada awalnya mereka berjalan ke arah Surakarta, kemudian menyebar ke selatan di daerah Gunung Seribu ( Gunung Kidul ).

Satu dari sekian banyak tempat pelarian orang orang majapahit salah satunya adalah hutan Wanasadi di Gunung Kidul.

Selama ini hutan adat Wanasadi merupakan hutan konservasi yang masih terus di jaga kelestarianya . Hutan tersebut merupakan hutan adat yang di tumbuhi berbagai jenis tanaman obat, kayu dan buah buahan. Kelestarianya tetap terus masih terjaga karena tidak ada yang berani mengusiknya. Bahkan mengambil ranting yang jatuh dari atas pohon sekalipun tidak ada  yang berani mengambilnya, apalagi menebang pohon di dalam hutan.

Warga desa beranggapan, hutan adat Wanasadi tempat yang angker, tempat keramat bersemayamnya para jin, mahkluk halus dan lelembut. Keangkeran dan kekeramatan hutan adat inilah yang akhirnya tetap melestarikan hutan konservasi dari rambahan tangan tangan jahil.

Penguasa hutan Wanasadi adalah jin Gadung Melati, namun sejak ia di kalahkan oleh Pangeran Onggoloco  jin tersebut akhirnya memyingkir. Kawasan di sekitar hutan kemudian di tempati oleh orang orang Majapahit.

‘Hanya saja ekosistem kawasan hutan sampai masih tetap dijaga.’ Kata Pak Yatno, juru kunci hutan Wanasadi.

Menurut penuturanya, setelah Majapahit kalah perang melawan Demak Bintara, Prabu Brawijaya kemudian memerintahkan para pengikutnya membentuk kelompok kelompok kecil yang dikenal dengan istilah “Bubaran Majapahit’, guna mencari tempat yang aman untuk bertempat tinggal. Salah satu kelompok kecil tersebut adalah selir Prabu Brawijaya V yang bernama Rororesmi beserta kedua orang putranya, Pangeran Onggoloco dan Gading mas. Keduanya adalah senopati perang kerajaan Majapahit yang sangat ampuh dan linuwih.

Selama berbulan bulan dalam pelariannya, Rororesmi di temani oleh kedua orang anaknya menempuh perjalanan kearah barat atas petunjuk whisik ghaib.

Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah hutan di daerah Gunung Kidul. Hutan itu sangat luas, lebat, membentang di lereng perbukitan menghadap kearah selatan. Hutan misteri yang sangat angker dan di huni para mahkluk halus ini di kenal yang di kenal dengan nama Wanasadi, yang artinya Hutan Rahasia.

Di dalam hutan keramat terdapat sumber mata air tempat bersemayamnya Jin Gadung Melati Sebelum mahkluk ghaib itu bersemayam di dalam sumber mata air, ia berada di dalam hutan. Persemayamanya pindah usai di kalahkan oleh Pangeran Onggoloco.

Seperti dalam cerita babad alas wanamarta, Pangeran Onggoloco bersama Pangeran Gading Mas babat hutan Wanasadi untuk bertempat tinggal para pengikutnya. Akan tetapi niat kedua Pangeran tersebut terhalang oleh Jin Gadung Melati yang tak rela tempatnya direbut.

Mengetahui ada jin menghalangi niatnya, Pangeran Onggoloco dan Gadung melati kemudian bertarung mengobrak abrik lelembut yang ada di dalam hutan Wanasadi.
Kesaktian keduanya tidak bisa di tandingi oleh Jin Gadung melati beserta seluruh anak buahnya, sampai akhirnya Jin Gadung Melati mengaku kalah dan mempersilahkan kedua Pangeran Majapahit tersebut menempati kawasan di sekitar hutan Wanasadi.

Sebagai gantinya, Jin Gadung melati memohon kepada Pangeran Onggoloco agar ia tidak di usir, namun di perkenankan bersemayam di dalam sumber mata air. Karena dianggap tidak menjadi persoalan, maka Jin Gadung Melati di perkenankan menetap di dalam sumber mata air.

‘ Selain tetap di perkenankan bertempat tinggal di dalam hutan Wanasadi, Pangeran Onggoloco juga memerintahkan Jin Gading Melati menjaga kawasan hutan Wanasadi dari gangguan manusia.

‘ Keberadaan jin tersebut sampai sekarang di yakini penduduk masih ada di dalam hutan ‘ Kata Pak Yatno.

Sedangkan Pangeran Onggoloco , kemudian bertapa di atas puncak bukit di dalam hutan Wanasadi sampai ia muksa. Sedangkan Pangeran Gading Mas bertapa dihutan Wanasadi di kawasan gunung Gambar.

Pelataran puncak bukit di dalam hutan Wanasadi yang menjadi tempat pamuksan Pangeran Onggoloco seluas lapangan basket. Di atas pelataran yang jarang di jamah manusia, tertutup lebatnya pepohonan berusia ratusan tahun.

Suasana di atas puncak bukit tampak gelap dan angker, meski di siang hari sekalipun. Sinar matahari sulit menembus lebatnya dedaunan yang menutupi puncak bukit. Bahkan jalan setapak satu satunya akses pendakian juga  tertutup lebatnya semak di sepanjang jalur pendakian.

Jalan setapak ini merupakan satu satunya akses yang bisa di lewati oleh penduduk pada saat mereka mendaki ke atas puncak. Jalur pendakian yang terjal oleh penduduk desa di beri pagar bambu untuk pegangan saat jalan mendaki ke atas puncak.

Di sepanjang jalur pendakian banyak tertera papan peringatanuntuk pengunjung, agar mereka tidak merusak kelestarian hutan.

Dari keterangan Pak Yatno di ketahui, puncak bukit di dalam hutan Wanasadi jarang sekali di datangi warga. Mereka yang berani berkunjung paling paling para pelaku ritual dan orang orang yang memiliki kepentingan tertentu, seperti menghaturkan sesaji pada saat perayaan bersih desa ataupun ritual ngalap berkah.

Di bagian pintu masuk hutan adat Wanasadi, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul membangun beberapa infrastruktur penunjang sarana pariwisata.

Beberapa tempat peristirahatan dibangun tak jauh dari pintu masuk hutan adat, sebagai tempat untuk beristirahat sekaligus menikmati indahnya alam Wanasadi.

Akses jalan masuk dari desa ke dalam hutan adat, di beberapa sudut jalan sudah bangun dengan bahan material cor, untuk memudahkan pengunjung berwisata di Wanasadi.

Sisa pamuksan Pangeran Onggoloco hanya kerangka kayu, meski telah dimakan usia tetapi masih tampak keberadaanya. Selain kerangka kayu, di atas puncak juga terdapat encek bekas wadah sesaji milik penduduk desa saat warga menghaturkan sedekah dalam tradisi sedekah wana.

Pemberian sesaji dilakukan pada saat warga menggelar upacara  sedekah bumi di hutan adat oleh penduduk usai panen raya yang kedua kalinya.

Penghaturan sesaji di lakukan sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan alam semesta yang telah melimpahkan hasil bumi melalui alam hutan adat Wanasadi

‘ Salah satu upacara wujud rasa syukur yang dilakukan di hutan adat Wanasadi yakni upacara wanakrti.’ Ungkap Juru Kunci hutan adat

Upacara adat wanakrti adalah tradisi sedekah bumi yang bertujuan menjaga kelestarian hutan./jk

Please follow and like us:
0
Spread the love
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

soloraya koranjuri

FREE
VIEW