KORANJURI.COM- Belum adanya regulasi dari Pemerintah Kota Solo terkait dengan Raperda transportasi berbasis online, membuat para tukang ojek pangkalan dan tukang becak di kota Solo gerah. Mereka menentang keberadaan beroperasinya ojek online di kota Solo. Hal ini di kemukakan oleh Sardi, penangung jawab Becak Kota Solo dan Suryono, Koordinator POSR ( Pangkalan Ojek Solo Raya ).
Menurut Sardi, banyak pengemudi becak yang nganggur tidak menarik penumpang, pasalnya penumpang mereka banyak yang lari ke ojek online. Selain lebih murah dalam tarif, peminat becak sekarang lebih kepada orang tua.
Hal yang sama juga di kemukakan oleh Suryono, koordinator ojek pangkalan Solo raya. Banyak penumpang ojek pangkalan di stasiun dan terminal sekarang beralih ke ojek online. Alasanya tarif lojek online jauh lebih murah jika di bandingkan dengan ojek pangkalan.
Bagi Suryono, persoalan tarif ojek pangkalan memang sudah menjadi kesepakatan paguyuban yakni, 15rb untuk tariff dalam kota, sedangkan luar kota menyesuaikan. Tariff ojek pangkalan memang beda jika di bandingkan dengan ojek online yang menarif harga berdasarkan kilometer.
Suryono beralasan, dengan adanya tarif yang sangat murah secara otomatis ojek pangkalan dan tukang becak akan mati.
‘Belum lagi, banyak pengemudi ojek online yang menyasar penumpang di pangkalan stasiun, pasar dan terminal ‘ Keluh Suryono
Oleh sebab itu, gabungan pengemudi becak kota Solo dan POSR berharap Pemerintah Kota Solo melarang beroperasinya ojek online di Kota Solo agar mata pencaharian mereka tidak terganggu.
‘ karena sejak ojek online beroperasi, penghasilan tukang becak dan ojek pangkalan turun hingga 80%’ Pungkas Suryono/ jk